1. Sudah 4 hari ini kami saling mendiamkan, walau saya masih sedikit mengajak komunikasi, tapi suami saya tetap masih acuh. Permasalahannya adalah awal mula saya mengungkapkan ketidaksukaan saya dengan apa yang dilakukan suami saya perihal yang dilakukannya. Saya ceritakan kronologinya, suami saya adalah seorang fotografer, dan 5 hari yang lalu dia mengajak seorang wanita untuk diajak foto (ini tidak izin dan pamitan dengan saya) tapi saya sudah terbiasa akan hal itu.
2. Selesai editing foto video, suami mengunggah foto tersebut dengan caption "just friend, apalagi pacar atau istri", sontak saya marah dengan captionnya yang seperti itu, karena tidak ada yang tidak tau dia sudah menikah atau siapa istrinya, kita menikah sudah 8th. Saya bilang ke suami saya, tentang hal itu dan saya juga tidak suka dengan captionnya, suami saya malah menjawab " lha nanti kalau ada yang ngira dia istriku atau pacarku gimana?" reflek saya juga menjawab, gak mungkin teman temanmu gak tau kalau kamu itu sudah menikah dan siapa istrimu, tapi kalau diluar kamu ngakunya blm menikah ya aku gak tau, setelah saya berucap seperti itu dia malah marah dan mendiamkanku.
3. Dia mendiamkan saya sudah berhari hari, dan saya juga sebenarnya sudah lelah karena kita kalau bertengkar pasti masalah wanita lain yang dia hubungi dan ajak komunikasi, bilang sudah tidak lagi tapi nyatanya pasti diulang kembali. kemudian saya WA dia, bilang kalau lebih baik pulangkan saja saya ke rumah orang tua saya, dari pada disia siakan terus seperti ini., dan suami saya menjawab "iya".
4. Pertanyaan saya, setelah saya berucap minta dipulangkan ke rumah orang tua dan dia menyetujuinya apakah itu termasuk talak? karena sampai saat ini dia masih mendiamkan saya, dan mengacuhkan saya. kemudian apa yang harus saya perbuat? karena posisi saya sedang hamil dan ada anak juga. Mohon penjelasannya, terima kasih ?
Assalamualaikum warahamtullahi wabarakatuhu.
Menanggapi pertanyaan diatas. Dapat kami sampaikan beberapa hal berikut ini:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًۭا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌۭ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًۭا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌۭ رَّحِيمٌۭ ١٢
Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa; dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang; dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertaqwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha mengasihani.
وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
“Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” (QS. An Nisa’: 34)
Demikian yang bisa disampaikan, semoga bermanfaat. wallahu a’lam bishowab. (as)